Selasa, 26 September 2017

KESEHATAN MENTAL

NAMA                           : ALVIN MA`VIYAH
NPM                              : 1601030001
SEMESTER                 : 3
MATA KULIAH          : KESEHATAN MENTAL
DOSEN PENGAMPU : USWATUN HASANAH, M.Pd.I.
JURUSAN                    : PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD/A)
FAKULTAS                  : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

                                               


A.    Ciri-Ciri Mendasar Dari Kepribadian Yang Sehat Menurut Berbagai Para Ahli Kepribadian
Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli kepribadian, yaitu:
1.      Menurut Allport
Gordon W. Allport tidak menggambarkan perkembangan kepribadian menurut tingkatan-tingkatan yang jelas, seperti halnya dengan perkembangan diri. Kekurangan perhatian terhadap perkembangan kepribadian ini adalah sesuai dengan kepercayaannya bahwa kepribadian dewasa lebih merupakan fungsi dari masa sekarang dan masa yang akan datang seseorang daripada masa lampaunya. Pandangan Allport tentang sifat sifat khusus dari kepribadian sehat, terdapat tujuh kriteria kematangan (schultz dan schultz,2005).
a.       Perluasan perasaan diri
b.      Hubungan diri yang hangat dengan orang orang lain
c.       Keamanan emosional
d.      Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
e.       Pemahman diri
f.       Filsafat hidup yang mempersatukan
2.      Menurut Rogers
Apabila orang-orang bertanggung jawab terhadap kepribadian mereka sendiri dan mampu memperbaikinya, maka mereka harus menjadi makhluk yang sadar dan rasional. Rogers percaya bahwa orang-orang yang dibimbing oleh persepsi sadar mereka sendiri tentang diri mereka dan dunia sekitar mereka, bukan oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar yang tidak dapat mereka control. Menurut rogers, manusia yang rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak, seperti pembiasaan akan kebersihan (toilet training), penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya.
Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang, yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman pengalaman masa kanak kanak adalah penting tetapi fokus Rogers tetap pada apa yang terjadi dengan kita sekarang bukan kepada apa yang terjadi waktu itu.
a.       Motivasi orang yang sehat (aktualisasi)
Rogers menempatkan suatu dorongan  - suatu kebutuhan fundamental – dalam sistem nya tentang kepribadian, yakni memeliharakan, mengaktualisasikan dan meningkatkan semua segi individu. Kecendrungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen komponen pertumbuhan fisiologis dak psikologis, meskipun selama tahun tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi segi fisiologis.
b.      Orang orang yang berfungsi sepenuhnya
aktualisasi diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini (orientasi ke masa depan) ini, menarik individu kedepan, yang selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segla segi dari diri. Aktualisasi diri merupakan suatu ujian, rentangan, dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan seseorang.
Disamping ulasan ulasan yang bersifat umum ini, Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya (schultz dan schultz, 2005)
1)      Keterbukaan pada pengalaman
2)      Kehidupan eksistensial
3)      Kepercayaan terhadap organisme sendiri
4)      Perasaan bebas
5)      Kreativitas
3.      Menurut Fromm
Erich Fromm mengembangkan model pribadi yang sehat dengan  menyebutnyasebagai orang yang produktif. Salah satu hal yang tampak adalah dorongan yang dimiliki oleh orang yang memiliki kepribadian sehat. Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis yang tidak dimiliki oleh binatang-binatang lebih rendah.  Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif.
4.      Menurut Frankl
Viktor Frankl percaya bahwa hakikat dari eksistensi manusia terdiri dari tiga faktor yaitu spiritualitas, kebebasan, dan tanggung jawab. Spiritualitas dapat dipengaruhi oleh dunia material, namun ia tidak disebabkan atau dihasilkan oleh dunia material itu. Mungkin paling baik kita dapat memikirkannya sebagai roh atau jiwa. Kita memiliki dan harus menggunakan kebebasan kita untuk memilih bagaimana kita akan bertingkah laku jika kita menjadi sehat secara psikologis.
Akhirnya kita juga harus menerima tanggung jawab terhadap pilihan. Logotherapy memperingatkan kita akan tanggung jawab kita dengan cara ini, :Hiduplah seolah-olah anda hidup untuk kedua kalinya, dan bertindak salah untuk pertama kalinya, kira-kira demikian anda bertindak sekarang”. Frankl percaya bahwa jika kita berhadapan dengan situasi ini, kita akan tetap menyadari tanggung jawab berat yang kita miliki untuk setiap jam dan setiap hari. (1)
B.     Ciri utama sehat mental menurut Rogers
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers mengenai kehidupan yang sehat (kepribadian yang sehat) bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “suatu arah bukan suatu tujuan”. Aktualisasi diri berlangsung terus tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuan ini menarik individu ke depan, yang selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri. (2)
C.    Dorongan utama orang yang sehat menurut Frankl
Dalam sistem Frankl, ada satu dorongan yang fundamental, yakni “kemauan akan arti” yang begitu kuat, sampai-sampai mampu mengalahkan semua dorongan lain pada manusia. Kemauan akan arti sangat penting untuk kesehatan psikologis dan dalam situasi-situasi yang gawat. Kemauan akan arti diperlukan sebagai upaya tetap hidup. Tanpa arti untuk kehidupan, tidak ada alas an untuk meneruskan kehidupan. Arti kehidupan tentu saja (sungguh-sungguh) khas (istimewa) dan unik bagi setiap individu. Sama seperti arti kehidupan, tugas-tugas kehidupan seseorang individu adalah riil (nyata). (3)
D.    Kebutuhan utama orang sehat mental menurut Erich Fromm
Menurut Erich Fromm terdapat lima kebutuhan utama orang yang sehat, yaitu:
1.      Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita juga mengetahui bahwa masing-masing dari kita adalah terpisah, sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis.
2.      Transedensi
Permasalahan yang berhubungan erat dengan kebutuhan akan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat lehairan dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi “pencipta”, sebagai pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri.
3.      Berakar
Hakikat dari kondisi manusia – kesepian dan tidak berarti – timbul dari pemutusan ikatan-ikatan utama dengan alam. Tanpa akar-akar ini orang tak berdaya, jelas merupakan kondisi yang amat berat. Akar-akar baru harus dibangun unuk mengganti ikatan-ikatan sebelumnya dengan alam. Seperti kebutuhan-kebutuhan lainnya, akar dapat dicapai secara positif atau negative. Cara yang ideal ialah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia.
4.      Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasaannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri.
 Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unuk tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan ikatan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain.
5.      Kerangka orientasi
Bertalian dengan pencarian suatu perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of preference atau konteks dimana seseorang menginterpretasikan semua gejala dunia. Setiap individu harus merumuskan suatu gambaran konsisten tentang dunia yang memberikan kesempatan untuk memahami semua peristiwa dan pengalaman. Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah “pikiran”, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis dan objektif tentang dunia.(4)
E.     Makna orang yang matang versi Allport
            Menurut Allport, orang yang matang memiliki tujuh kriteria, yaitu:
1.      Perluasan perasaan diri
Ketika diri berkembang, diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu. Kemudian ketika lingkaran pengalaman bertumbuh, maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Dengan kata lain, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi, tidak cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu di luar diri, seperti pekerjaan. Orang harus menjadi pastisipan yang langsung dan penuh.
2.      Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain, yakni kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, dan teman akrab. Sesuatu yang dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik.
Tipe kehangatan yang kedua (perasaan terharu) adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan, ketakutan-ketakutan dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dari perasaan seseorang terhadap kemanusiaan pada umumnya.
3.      Keamanan emosional
Sifat dari kepribadian yang sehat ini meliputi beberapa kualitas. Kualitas utama adalah penerimaan diri. Kepribadian yang sehat mampu menerima semua segi dari keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kakurangan yang ada tanpa menyerah secara pasif. Misalnya orang yang matang dapat menerima dorongan seks mereka tanpa menjadi terlalu sopan atau tertekan seperti dapat terjadi dengan orang-orang neurotis.
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, mereka bukan tawanan dari emosi-emosi mereka dan mereka juga tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut “sabar menghadapi kekecewaan”.  Orang-orang yang sehat senantiasa bersabar menghadapi kemunduran-kemunduran, mereka tidak menyerahkan diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikirkan cara-cara yang berbeda yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4.      Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya irang-orang yang neurotis kerap kali harus merubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau semua situasi-situasi adalah jahat atau semacamnya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realistis. Mereka menerima realistis sebagaimana adanya.
5.      Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan kemampuan. Tetapi tidaklah cukup hanya memiliki keterampilan-keterampilan yang relevan, kita juga harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.
6.      Pemahaman diri
Kriteria ini terkandung dalam petunjuk lama “kenallah dirimu!”, tentu merupakan suatu tugas yang sulit. Usaha untuk mengetahui diri secara objektif mulai pada awal kehidupan dan tidak  akan pernah berhenti. Tetapi ada kemungkinan encapai suatu tingkat pemahaman diri (self-objectification) tertentu yang berguna dalam setiap usia. Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepaada orang-orang lain.
7.      Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat senantiasa melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka. Memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang-orang yang sehat dari orang-orang yang neorotis. Suara hati juga ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etnis. (5)
Referensi:
1)   Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling “Kesehatan Mental di Sekolah”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya) , 2013, hlm. 55-78
2)    Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling “Kesehatan Mental di Sekolah”, hlm. 65-66
3)    Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling “Kesehatan Mental di Sekolah”, hlm. 78
4)    Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling “Kesehatan Mental di Sekolah”, hlm. 72-76
5)    Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling “Kesehatan Mental di Sekolah”, hlm. 56-62


Kamis, 21 September 2017

PERKEMBANGAN KOGNITIF






NAMA                           : ALVIN MA`VIYAH
NPM                              : 1601030001
SEMESTER                 : 3
MATA KULIAH          : PERKEMBANGAN KOGNITIF
DOSEN PENGAMPU : USWATUN HASANAH, M.Pd.I.
JURUSAN                    : PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PIAUD/A)
FAKULTAS                  : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

                                               


A.    Teori Kognitif
      Teori Kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori kognitif memberikan banyak konsep utama dalam psikologi pendidikan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata (skema bagaimana seseorang memersepsikan lingkungannya) dalam tahapan-tahapan perkembangan dan saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental.
      Teori kognitif digolongkan ke dalam konstruktivisme, bukan teori nativisme yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan.Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan.
      Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, dan menyeluruh. Ibarat sesesorang yang memainkan musik, tidak hanya memahami not-not balok pada partitur sebagai informasi yang saling lepas dan berdiri sendiri, tapi sebagai suatu kesatuan yang secara utuh masuk ke dalam pikiran dan perasaannya. Selain itu, dalam psikologi kognitif, manusia melakukan pengamatan secara keseluruhan lebih dahulu, menganalisisnya, lalu mensintesiskannya kembali. Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean Piaget, discovery learning oleh Jeron Bruner, dan reception learning oleh Ausubel.
1.      Teori Belajar (kognitif) Menurut Beberapa Pakar
a.      Jean Piaget
Menurut Piaget  (Uno,2006: 10-11) salah satu penganut aliran kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, ekuilibrasi (penyimpangan).
1)   Proses asimilasi adalah proses penyatuan (engintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak siswa.
2)      Proses akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif kedalam situasi yang baru.
3) Proses ekulibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi danakomodasi.
            Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan empat tahapan, antara lain:
a)      Tahap Sensorik Motorik (0-2 tahun)
      Pada tahap ini seorang anak mengembangkan dan mengatur kegiatan fisik dan mental  menjadi rangkaian pembuatan yang bermakna. Perkembangan bergantung pada tindakan bayi menggunakan indera-indera dan keterampilan-keterampilan motoriknya untuk menjelajahi dan belajar tentang dunia.(1)
Tahap ini dibagi menjadi enam sub tahap, yaitu:
1)     Skema-skema refleks yaitu Tahap (0-1 setengah bulan) contohnya menghisap
2)    Reaksi-reaksi sirkular primer Tahap yaitu (1 setengah bulan-4 bulan) contohnya anak akan memasukkan ibu jari ke mulut
3)   Reaksi-reaksi sirkular sekunder yaitu Tahap ( 4-8 bulan) contohnya memukul mobil mainan, mengangkat cangkir
4)  Reaksi-reaksi sirkular sekunder terkoordinsi yaitu Tahap (8-12 bulan) contohnya membuka tutup kemudian menggenggam
5)   Reaksi-reaksi sirkulsr tersier yaitu Tahap (12-18 bulan) contohnya menjatuhkan bola dari ketinggian-ketinggian yang berbeda
6)      Awal representasi simbolik yaitu Tahap (18-24 bulan) contohnya membuka dan menutup mulut dengan baik.
b)      Tahap pra-operasional (2-7 tahun )
      Pada tahap ini seeorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat dari pengalaman menggunakan indra sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-hubungan dan menyimpulkan sesuatu seecara konsisten. Contohnya sebuah balok lego digunakan sebagai sikat rambut, jari sebagai sikat gigi (Boyatzis & Watson, 1993).
c)      Tahap operasional konkret (7-11 tahun )
Pada tahap ini seorang anak dapat membuat kesimpulan dari seesuatu pada situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan mampu mempertimbangkan dua aspek dari situasi nyata secara bersama-sama (misalnya, antara bentuk dan ukuran).
d)     Tahap operasional  formal  (11 tahun keatas )
Pada tahap ini kegiatan kognitif seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Selain itu pula kemampuan menalara secara abstrak meningkat sehingga seseorang mampu untuk berfikir secara deduktif. Dan juga pada tahap ini, seseorang mampu mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu situasi secara bersama-sama.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif seorang siswa adalah melalui sebuah proses asimilasi dan akomodasi. Di dalam pemikiran seseorang, sudah terdapat struktur kognitif atau kerangka kognitif yang disebut skema. Setiap orang akan selalu berusaha untuk mencari suatu keseimbanga, kesesuaian atau ekuilibrium antara apa yang baru dialami (pengalaman barunya) dan apa yang ada pada struktur kognitifnya. Jika pengalaman barungan cocok dengan yang tersimpan pada kerangka kognitifnya, proses asimilasi dapat terjadi dengan mudah, dan keseimbangan (ekuilibrium) tidak terganggu. Jika apa yang tersimpan di krangka kognitifnya tidak cocok dengan pengalaman barungan, ketidak seimbangan akan terjadi, dan anak beerusaha untuk menyeimbangkanya lagi.
Dengan demikian, diperoleh proses akomodasi. Dapat disimpulkan proses asimilasi adalah suatu proses tempat informasi atau pengalaman yang baru menyatuhkan diri kedalam kerangka kognitif yang ada, sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka kognitif yang ada agar sesuai dengan pengalaman baru yang dialaminya.
Piaget juga mengemukakan bahwa selain disebabkan oleh proses asimilasi dan akomodasi di atas, perkembangan kognitif seorang anak juga dipengaruhi oleh kematangan dari otak sistem saraf anak, intraraksi anak dengan objek-objek diseekitarnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya kerangka kognitifnya (pengalaman fisik), kegiatan mental anak dalam menghubungkan pengalamanya denngan kerangka kognitifnya (peengalaman logico-mathematics), dan interaksi anak dengan orang-orang di sekitarnya. Para pengikut Piaget menyakini bahwa pengalaman belajar aktif cenderung meningkatkan perkembangan kognitif, sedangkan pengalaman belajar pasif cenderung mempunyai akibat yang lebih sedikit dalam meningkatkan perkembangan kognitif anak. Aktif dalam arti bahwa siswa melibatkan mentalnya selama memanipulasi benda-benda konkret.(2)
b.      Jerome Bruner
Jerome Bruner berpendapat bahwa peranan  guru  harus menciptakan situasi, di mana siswa dapat  belajar sendiri  dari pada memberika suatu paket yang berisi informasi atau pelajaran kepada siswa. Teori ini bertitik tolak pada teori kognitif, yang menyatakan belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Maksudnya, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi sumbernya.
Keuntungan teori bruner antara lain menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa sehingga dapat menemukan jawabannya, menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi. Menurut Bnuner, perkembangan kognitif seseorang terjadi tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu sebagai berikut:
1)      Tahap enaktif
Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Suatu tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak dipelajari siswa dengan menggunakan benda-benda konkret. Dengan demikian, topik pembelajaran tersebut dipresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata.
2)      Tahap ikonik
Tahap pembelajaran ketika materi pembelajaran bersifat abstrak, dipelajari siswa dengan menggunkan ikon, gambar dan diagram yang menggambarkan kegiatan nyata dengan benda-benda konkret. Dengan demikian, topic pembelahjaran yang bersifat abstrak ini telah direpresentasikan atau diwujudkan dalam bentuk benda-benda nyata yang dapat diamati siswa, lalu dipresentasikan atau diwujudkan dalam gambar atau diagram yang bersifat semi-konkret.
3)      Tahap simbolik
Seseorang telah mampu mempunyai ide-ide abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuanya dalam berbahasa atau logika. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (discovery learning).
c.       David P. Ausubel
Teori ini disebut juga teori hafalan ( rote learning) sebagaimana pernyataan yang dikutip (Bell, 1978:132) berikut: “…, if the learner’s intention is to memorise it verbatim as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless ( jika seseorang, contohnya si siswa tadi, berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain sudah diketahuinya, maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak bermakna sama sekali baginya.”
Kelemahan lain belajar hafalan adalah seseorang kemungkinan besar tidak dapat menjawab soal baru lainya. karena materi matematika bukanlah pengetahuan yang terpisah-pisah, namun merupakan suatu pengetahuan yang utuh dan saling berkaitan antara yang satu dan lyang lainnya, setiap siswa harus menguasai beberapa konsep dan keterampilan dasar terlebih dahulu. Setelah itu siswa harus mampu mengaitkan antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang sudah dipunyanya agar terjadi suatu proses pembelajarn yang berrmakna (meaningfull learning).(3)
B.     Pengertian Berfikir
      Berfikir merupakan sudut pandang behaviorisme khususnya fungsionalis atau proses kognitif yang berlangsung antara stimulus dan respon. Bahasa merupakan alat yang penting dalam proses berpikir, namun bahasa bukan satu-satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir, sebab masih ada lagi yang dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran. Namun sebagian terbesar dalam berpikir orang menggunakan bahasa (verbal).(4)
C.    Teori Behaviorisme
      Aliran behaviorisme lahir sebagai reaksi aliran  instrospeksional (menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif) dan juga aliran psokoanalisis (berbicara tentang  alam bawah sadar yang tidak nampak). Behaviorisme hanya menganalisis perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Teori dari aliran ini dikenal dengan teori belajar, karena menurut mereka selur perilaku manusia ialah hasil belajar. Asumsi dasar dari aliran ini ialah, seluruh perilaku manusia yaitu hasil belajar yang berarti perubahan  perilaku organisme merupakan akibat pengaruh lingkungan.
      Behaviorisme mempersoalkan bagaimana perilaku manusia dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan. Walaupun demikian, asumsi yang digunakan oleh aliran behaviorisme aliran ini banyak menentukan perkembangan psikologi.(5)
      Sebagai contoh teori behaviorisme oleh Albert Bandura. Abert Bandura menyakini teori-teori belajar perilaku tidak memadai sebagai suatu kerangka kerja untuk memahami perkembangan manusia. Ia berpendapat bahwa banyak perilaku manusia dipelajari dengan cara mengamati perilaku dan sikap-sikap orang lain, dan menggunakannya sebagai contoh bagi perilaku kita sendiri (teori belajar sosial).
      Kita memilih siapa yang akan ditiru. Menurut Albert Bandura belajar bukanlah suatu respons otomatis, namunbelajar bergantung pada proses-proses internal dan lingkingan. Kita hanya meniru perilaku model jika model tersebut memiliki karakteristik-karakteristik yang kita anggap menarik atau diinginkan.
      Kondisis-kondisi lain yang diperlukan agar percontohan berlangsung efektif adalah:
1. Atensi yaitu pengamat harus memerhatikan perilaku yang dicontoh
2. Retensi yaitu pengamat harus mampu mengingat perilaku yang dicontoh
3. Reproduksi yaitu pengamat harus memiliki keterampilan-keterampilan untuk meniru tindakan tersebut
4. Motivasi yaitu pengamat harus termotivasi untuk melakukan tindakan yang telah mereka amati dan mereka ingat dan harus memiliki kesempatan untuk melakukannya (motivasi dapat muncul dengan melihat bahwa perilaku model memperoleh penguatan sedangkan hukuman dapat menghalangi peniruan perilaku tersebut).(6)

D.    Makanan untuk otak
1.      Brokoli
Jenis sayuran ini membantu memicu pertumbuhan sel-sel baru di otak serta menghubungkan sel-sel secara alami sehingga bisa meningkatkan fungsi dan memori otak. Mengkonsumsi semangkuk brokoli tiga kali seminggu merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kekuatan otak.
2.      Kacang kenari (Almond)
Kenari mujarab untuk membantu meningkatkan kekuatan otak karena mengandung asam lemak omega-3 tertinggi dibanding jenis kacang-kacangan lainnya. Omega-3 bisa melindungi otak karena meningkatkan fungsi neurotransmitter.
 
3.      Ikan Salmon
Otak manusia terbuat dari 60 persen lemak. Dengan begitu, dibutuhkan asupan lemak asam agar otak bisa berfungsi baik. Ikan salmon kaya akan omega 3, yang bisa meningkatkan kekuatan otak dan mengandung asam docosahexaenoic (DHA) yang bisa mencegah penyakit Alzheimer. 
4.      Tomat
Tomat adalah buah yang paling mudah ditemui dan bisa meningkatkan kekuatan otak karena mengandung sumber antioksidan dan lycopene yang bisa mengatasi kerusakan radikal bebas pada sel-sel otak yang bisa menyebabkan demensia. Mengkonsumsi tomat setiap hari bisa mendorong memori otak lebih tajam. 
5.      Teh Hijau
Penelitian yang dilakukan tim riset dari University of Basel menemukan teh hijau bisa meningkatkan fungsi konektifitas otak, mencegah demensia dan bisa meningkatkan memori otak bahkan mengurangi risiko penyakit parkinson. Minum teh hijau 2 cangkir hingga 3 cangkir tanpa gula untuk merasakan manfaatnya. 
6.      Cokelat Hitam
Makanan ini mengandung antioksidan terbaik bagi tubuh, termasuk otak. Kandungan flavonoid dalam cokelat hitam bisa membantu meningkatkan sirkulasi darah ke otak. Sebuah penelitian yang dilakukan Wheeling Jesuit University di West Virginia membuktikan cokelat hitam bisa meningkat konsentrasi. Untuk meningkatkan kekuatan otak, tambahkan sedikit cokelat hitam pada makanan sehari-hari. 
7.      Blueberry
Mengkonsumsi blueberry bisa membantu otak lebih tajam karena buah ini mengandung flavonoid. Buah ini juga bisa meningkatkan memori, fungsi kognitif otak, melindungi otak dari radikal bebas berbahaya, yang bisa merusak jaringan otak dan sering dikaitkan dengan hilangnya memori. Mengkonsumsi blueberry setiap hari bisa mengurangi risiko Parkinson dan Alzheimer. 
8.      Bayam
Bayam kaya kalium, yang bisa membantu merawat konektifitas otak, meningkatkan daya fikir dan daya ingat. Bayam juga kaya akan antioksidan yang bisa melindungi sel-sel otak dari kerusakan. Bukan hanya itu, bayam juga mengandung magnesium, folat, vitamin E dan vitamin K, yang membantu menurunkan risiko demensia, yakni penurunan fungsional yang disebabkan kelainan pada otak.(7) 

Referensi:
(1)   Yudrik Jahja, 2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, hlm. 56-58.
(2)   Yudrik Jahja, 2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, hlm. 115-116.
(3)  Sri Esti Wuryani Djiwandono, 2006, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Gramedia, hlm. 170-179.
(4)   Bimo Walgito, 2004, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI OFFSET
(5)   Yudrik Jahja, 2011, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Kencana, hlm. 20.
(6)   Penney Upton, 2012, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, hlm. 19-20.
(7)   http://www.dw.com/id/8-makanan-penguat-otak/g-18001437

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab ...