Selasa, 19 Desember 2017

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN



PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN

K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab dipanggil Gus Dur lahir pada tanggal 4 Agustus 1940 di Desa Denanyar Jombang, Jawa Timur. Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ayahnya, K.H Wahid Hasyim adalah putra K.H Hasyim Asy`ari, pendiri salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Ibunya. Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri pesantren Denanyar Jombang, K.H Bisri Syamsuri, kakek dari pihak ibu ini juga merupakan tokoh NU. Gus Dur belajar banyak hal dari ayahnya, bukan hanya dari ayahnya Gus Dur juga banyak belajar dari pergaulan ayahnya mulai dari kalangan nasionalis, pergerakan, dan tokoh-tokoh nasional lainnya. Inilah yang menjadikan sosok Gus Dur dikemudian hari sangat kaya akan segudang pengetahuan.
Semasa hidupnya Gus Dur terkenal sebagai sosok yang penuh kontroversi. Gaya komunikasinya yang bersifat fleksibel. Beliau menggunakan bahasa komunikasi yang sesuai dengan kondisi. Saat berhadapan dengan khalayak akademik, bahasa yang digunakan adalah bahasa akademik, ketika berhadapan dengan masyarakat, beliau menggunakan bahasa pedesaan sesuai dengan bahasa mereka, begitu pula saat berada dikalangan pesantren beliau juga menggunakan bahasa yang umumnya digunakan dikalangan pondok pesantren.
Gus Dur adalah sosok yang sangat menjunjung tinggi pluralisme, hal ini terdapat pada ungkapan beliau yang mengatakan bahwa “sebagai seorang muslim, saya harus yakin bahwa islam adalah yang paling benar. Saya tidak mungkin menganggap agama orang lain sama-sama benarnya seperti agama saya. Bagaimana mungkin saya menganggap mereka bisa masuk surga seperti saya, la wong mereka menganggap kita-kita ini adalah kaum sesat yang harus diselamatkan.” Gus Dur pernah berpendapat bahwa dirinya tidak setuju terhadap sorang muslim yang menyatakan agama orang lain adalah benar sebagimana kebenaran agamanya. Namun beliau lebih suka mengatakan, “semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran sesuai keyakinannya.” Karena bagi beliau keyakinan yang dianut setiap orang akan dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri dihadapan Allah SWT.
Meskipun Gus Dur meyakini agamanya lebih baik dari agama lain, namun beliau tidak pernah mempermasalahkan keyakinannya meskipun orang tidak sependapat dengan pemikirannya. Beliau sangat menghargai apapun keyakinan yang dianut masing-masing orang. Dengan pemahaman pluralisme yang demikian, Gus Dur tampak lebih mengutamakan keutuhan dan kedamaian bangsa tanpa kehilanagn identitas dan keyakinannya. Beliau juga tidak pernah memilih-milih pergaulan dengan sesama pihak yang berlatar belakang baik sosial, ras, golongan. Karena menurut beliau memilih-milih pergaulan akan menghambat kemajuan peradaban bangsa.
Bukan hanya dikenal sebagai bapak pluralisme, Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang sangat mementingkan dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dapat dilihat dari pemikiran-pemikiran beliau yang menyatakan bahwa pendidikan harus didasarkan pada keyakinan religius dan bertujuan untuk membimbing dan menghantarkan peserta didik menjadi manusia yang utuh. Meskipun Gus Dur selalu mengaitkan segala pemikirannya denagn hal religius, namun beliau selalu bisa menyesuaikan sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman. Gus Dur mengharapakan pendidikan yang ditempuh bukan hanya untuk menjadikan manusia seperti robot, melainkan berpegang pada pendidikan yang memanusiakan manusia, kurikulum pembelajaran Gus Dur juga menitikberatkan pada aspek afektif (perilaku) dan psikomotorik (keterampilan). Karena menurut beliau aspek kognitif (pengetahuan) tidak menjamin mudahnya meraih pekerjaan yang diharapkan. Karena pengetahuan tanpa keterampilan tidak akan berguna semaksimal mungkin.
Beliau juga mengatakan bahwa seorang pendidik harus mengembangkan proses pembelajaran pada pola pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented), sehingga dapat membentuk siswa yang bertanggungjawab, kreatif, inovatif dan tidak bergantung pada materi yang disampaikan oleh guru. Metode pembelajaran menurut Gus Dur pun harus bisa merangsang kemampuan berpikir kritis, dan inovatif. Menurutnya, pembelajaran yang bersifat doktriner malah akan membunuh daya eksplorasi siswa dalam belajar.  Perpaduan pemikiran Gus Dur mengenai  pendidikan merupakan hasil perpaduan yang diadaptasinya dari lingkungan pesantren dan sekolah-sekolah modern yang pernah beliau singgahi. Gus Dur mencoba memadukan antara pendidikan islam tradisionalis yang diterapkannya dipesantren dengan pendidikan di sekolah modern. 
Hal ini dapat dibuktikan dari pemikirannya mengenai konsep pendidikan islam yang dapat mengadopsi pemikiran Barat modern, dengan tidak meninggalkan esensi dari ajaran islam dan identitas islam yang tetap dijadikan pegangan utama. Ini merupakan perpaduan yang kompleks, terlebih dengan perkembangan pendidikan di Indonesia yang majemuk. Secara garis besar, pemikiran Gus Dur lebih tebuka, ini sebagai hasil pengalamannya selama mengembara mencari ilmu. melaui pemikirannya, Gus Dur lebih menekankan proses yang diperoleh dari sebuah pendidikan daripada hasil. Sehingga hasil akhir dari sebuah perjuangan bukan hanya status sosial, namun yang terpenting adalah esensi dari ilmu yang dimiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN K.H ABDURRAHMAN WAHID (GUS DUR) YANG TETAP RELEVAN DENGAN PERKEMBANGAN ZAMAN K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab ...